JAKARTA, KOMPAS.com – Usia reformasi memang telah genap 20 tahun pada 21 Mei 2018. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini ke depan.

Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid menilai, tantangan Indonesia setelah 20 tahun reformasi tak jauh-jauh dari masalah dua dekade lalu. “Indeks gini ratio naik. Ini memperlihatkan adanya kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin,” ujar Yenny dalam acara Refleksi 20 Tahun
Reformasi, Jakarta, Senin (11/5/2018). Selain itu, Yenny menilai tantangan besar lainnya yakni mulai terkikisnya kedaulatan negara karena globalisasi. Bukan oleh negara lain, namun ia mengatakan, karena perusahaan-perusahan besar tehnologi.

Dengan pengembangan media sosial, perusahaan-perusahan teknologi bisa masuk ke negara mana pun tanpa perlu membangun kantor cabang atau sebagainya.

Yenny melanjutkan, tak ketinggalan ancaman gerakan transnasional juga muncul dan menjadi ancaman nyata bagi Indonesia di usia 20 tahun reformasi. “Perangnya di Suriah tetapi yang ikut-ikutan di sini juga banyak contohnya. Ini tantangan. Gerakan transnasional kita sudah merasakan kemarin bom di Surabaya dan sebagainya,” kata dia.

Isu korupsi juga masih tinggi. Sementara itu, tantangan lainnya adalah liberalisasi atas informasi. Menurut Yenny, salah satu tantangan ini adalah makin maraknya berita bohong atau hoaks. Apalagi, hoaks justru berpotensi memecah belah bangsa Indonesia.

Berita dariĀ Kompas.comĀ