Saya sedang baca berita, tentang Dinas Perhubungan DKI Jakarta, ujicoba sistem satu arah di Jalan KH Wahid Hasyim, di daerah Menteng.

Nama jalan ini bikin saya ingat KH Abdurrahman Wahid alias Gusdur. KH Wahid Hasyim adalah ayahnya. Yang meninggal diusia muda, 38 tahun.

Wahid dikenal sebagai intelektual dan Agamawan. Setelah Indonesia merdeka, Soekarno kepincut pada kepintarannya. Wahid diangkat jadi Mentri Agama dan tercatat sebagai menteri agama Indonesia.

Baca Juga: Majalah-majalah yang Disukai Gusdur

Sikap, karakter dan kecerdasan Wahid menurun pada Gusdur. Tapi karir politiknya melampaui sang ayah, Gusdur kemudian menjadi Presiden RI ke 4.

Wahid Hasyim sendiri merupakan putera KH Hasyim Asy’ari, pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Dia meninggal pada sabtu 18 April 1953.

Saat itu, KH Wahid Hasyim hendak ke Sumedang. Pakai sedan Chevrolet buatan Amerika, Untuk mengikuti rapat NU. Gusdur yang masih kecil ikut serta.

Di daerah Cimindi, letaknya antara Cimahi dan Bandung, perjalanan KH Wahid Hasyim terganggu hujan yang disertai kabut. Pandangan sopir terganggu.

Tak sadar di depannya ada truk. Sedan Chevrolet nyeruduk bak truk itu, kecelakaan tak terhindarkan. Wahid Hasyim terpental keluar. Masih hidup. Tapi pertolongan terlambat. Ambulance baru datang tiga jam kemudian. Kiai Wahid dibawa ke rumah sakit. Tapi tak tertolong. Esok harinya beliau meninggal. Namun Gusdur kecil selamat.

Meninggalnya kiai Wahid saat hujan deras, sudah diisyaratkan oleh Syaikhona KH Muhammad Kholil Bangkalan.

Baca juga: Durian Termahal di Dunia

Ceritanya, Nyai Nafisah, ibu KH Wahid Hasyim sedang hamil. Kehamilannya berbeda dengan kehamilan sebelumnya. Nyai Nafisah sering sakit-sakitan. Dia pun bernazar, bila anaknya itu lahir, akan dibawa sowan ke Kiai Kholil di Bangkalan.

1 Juni 1914, nyai Nafisah melahirkan Wahid Hasyim. Sesuai nazarnya, dia pun sowan ke Bangkalan, ke Kiai Kholil. Tiba tengah malam. Saat itu hujan deras mengguyur.

Sampai di rumah Kiai Kholil, Nyai Nafisah berucap salam. Tidak ada respon. Ucap salam lagi. Kiai Kholil tak juga keluar.

Nyai Nafisah tetap sabar menunggu. Akhirnya kiai Kholil muncul di pintu dan bertanya siapa? Nyai Nafisah memberitahu bahwa dirinya istri KH Hasyim Asy’ari.

Bukannya disuruh masuk, Kiai Kholil malah meminta Nyai Nafisah ke halaman, sehingga diguyur hujan deras bersama anaknya yang baru lahir.

Setelah diguyur hujan deras, lengkap dengan kilatan petirnya. barulah nyai Nafisah dipersilahkan masuk oleh kiai Kholil.

Perlakuan kiai Kholil itu rupanya isyarat kepada Nyai Nafisah. Bahwa anaknya yang diberi nama Abdul Wahid akan meninggal saat kondisi hujan deras. Begitulah salah satu karomah yang dimiliki Syaikhona Kholil Bangkalan.