Prabowo Subianto sedang jadi gunjingan. Gara-gara dalam satu pidatonya dia menyinggung orang Boyolali. Kata dia, orang Boyolali itu…. Ah tak usah saya jelaskan, netizen yang maha benar pasti sudah pada tahu isi pidato Pak Bowo.

Para cebongers, pasti merasa sebagai pihak yang paling senang bila Prabowo mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Sebab pasti akan membuat Prabowo dibully, citranya menjadi buruk dan pasti akan memengaruhi elektabilitasnya sebagai satu-satunya penantang Jokowi di Pilpres 2018 mendatang.

Baca juga: Menangkap Pencuri dengan Obat Sakit Perut

Tapi, bagaimana bila ‘pernyataan kontroversial’ itu adalah strategi politik yang dipilih Prabowo. Jika benar dugaan ini, maka besar kemungkinan, Prabowo meniru cara berpolitik ala Donald Trump yang berhasil memenangkan Pemilu di Amerika.

Made Supriatma, peneliti Indonesia yang berbasis di Amerika, membuat analisa menarik tentang Prabowo dan Donald Trump di status facebooknya. Menurut Made, ketara sekali Prabowo meniru gaya Donald Trump.

Pertama kemiripan jargon. Waktu pilpres Amerika, Donal Trump pakai jargon ‘Make Indonesia Great Again’. Probowo memakai jargon serupa ‘make Indonesia Great Again’.

Kemiripan kedua pada gaya kampanye. Donald Trump, kita tahu kerap melontarkan pernyataan kontroversial selama pemilu.

Misalnya dia menyebut orang Meksiko adalah kriminal, sehingga akan membuat tembok besar di perbatasan Amerika-Meksiko. Probowo pun membuat pernyataan kontroversial tentang orang Boyolali.

Analisa lengkap Bli Made Supriatma bisa dibaca di sini: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10156194049548533&id=784153532

Sebelum Prabowo, Jail Bolsonaro, mantan tentara ADnya Brasil, sukses memenangi pemilu negeri Samba, dengan membuat pernyataan kontroversial tentang komunisme dan menyebar hoax lewat WhatsApp untuk menggembosi suara pasaingnya dari Partai Buruh, Fernando Haddad.

Bolsonaro bahkan dijuluki ‘Donald Trumpnya Amerika Latin’ karena memenangi pemilu Brasil dengan pernyataan yang kontroversial. Misalnya dia menyebut PBB adalah lembaga tak berguna.

Situs berita keren Tirto.id membuat tulisan menarik tentang bagaimana Bolsonaro memenangi pemilu dengan jualan isu komunisme dan hoax. Baca disini :
https://tirto.id/jualan-isu-komunis-amp-hoaks-whatsapp-bolsonaro-menang-pemilu-brazil-c8U9

Apakah cara Prabowo itu akan efektif mendulang suara di Pilpres mendatang. Saya kira masih jauh panggang dari api. Trump bisa memanfaatkan data Facebook untuk membombardir basis Hillary Clinton. Bolsonaro bisa memakai WhatsApp untuk menggembosi basis pendukung Fernando Haddad dengan menyebar hoax.

Untuk Indonesia, strategi yang sama tidak akan efektif. Sebab, lebih dari 60 persen pemilih di Indonesia adalah pemilih tradisional. Mereka tidak punya media sosial, bahkan mungkin banyak yang tidak punya hape.

Baca juga: Agar Indonesia tidak Seperti Suriah

Pemilih tradisional ini, hanya bisa dijangkau dengan turba, tatap muka dan dialog langsung. Anda tahukan, di desa, mengundang hajatan lewat telepon dianggap tidak sopan dan kurang menghargai. Apalagi hanya mengajak mencoblos lewat medsos? Pasti dianggap tidak serius mencalonkan diri. Kata mereka: “buat apa dipilih?”